Rabu, 11 Juni 2014

Lalu Lintas di Kolong Flyover Pondok Kopi Semrawut

Lalu Lintas di Kolong Flyover Pondok Kopi Semrawut

 Kesemerawutan dan kemacetan di kawasan Jl I Gusti Ngurah Rai, tepatnya di kolong flyover Pondok Kopi, Jakarta Timur, dikeluhkan warga. Mereka meminta Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta dan petugas Polantas menindak tegas awak Metromini dan pengendara sepeda motor yang tidak disiplin.
" Perselisihan sering terjadi antara sesama pengendara motor karena sering bersenggolan"
Kesemrawutan itu lebih sering diakibatkan awak angkutan umum yang tidak disiplin. Mereka ngetem di tikungan atau bahkan banyak Metro Mini melawan arus putaran di bawah kolong flyover Pondok Kopi. Belasan aramada Metromini T47 jurusan Pondok Kopi-Cempaka Putih bahkan menggunakan dua jalur untuk ngetem.
Selain itu, ratusan pegendara sepeda motor setiap hari pun nekat melawan arus dari Jl Penggilingan ke arah Jl I Gusti Ngurah Rai atau sebaliknya. Selain membahayakan pengguna jalan lain, sikap tidak tertib berlalulintas ini juga menimbulkan kemacetan parah, terutama pada jam masuk dan pulang kerja.
“Perselisihan sering terjadi antara sesama pengendara motor karena sering bersenggolan,” ujar Demen (42), warga Penggilingan, Jakarta Timur, Rabu (11/6).
Menurut Demen, banyaknya pemotor yang melawan arus di jalan tersebut lantaran mereka lebih memilih jalan pintas. Pasalnya untuk memutar balik jaraknya relatif jauh, yakni di kolong flyover Pulo Gebang, dekat kantor Walikota Jakarta Timur.
“Pemotor harus memutar di sisi jalan tol yang jaraknya sangat jauh. Sehingga pemotor nekat saja lawan arus,”  ujarnya.
Sementara itu, Parlin (47), warga yang setiap hari melewati putaran  kolong flyover Pondok Kopi mengaku, nyaris tertabrak Metromini yang memutar melawan arus. “Seharusnya Dinas Perhubungan tanggap terhadap hal ini, karena sering adanya tabrakan. Jangan sampai ada korban baru ada tindakan," tandasnya.
Kepala Suku Dinas Perhubungan Jakarta Timur, Benhard Hutajulu mengatakan, sebenarnya sudah sangat sering dilakukan razia dan penertiban di kawasan tersebut. Rambu lalu lintas juga sudah cukup dipasang. “Angkutan umum sering diparkir, sementara sopirnya entah ke mana,” katanya.
Benhard juga menyebutkan sudah dilakukan sosialisasi oleh petugas di lapangan terkait dengan penegakan peraturan. Dia juga menyebutkan akan meningkatkan pengawasan di lapangan. “Kita akan tingkatkan pengawasan di lapangan dan penindakan bagi pelanggar peraturan,”

sumber: berita jakarta

Panitia PRJ Monas Kewalahan Atasi PKL Liar

Panitia penyelenggara PRJ Monas mengeluhkan maraknya keberadaan pedagang kaki lima (PKL) tidak resmi yang berjualan di areal PRJ Monas. Padahal, kondisi demikian juga menyusahkan pengunjung untuk leluasa berbelanja atau menikmati sajian PRJ Monas.
"Saya tidak tahu mereka izinnya ke mana? "
 Panitia PRJ Monas Kewalahan Atasi PKL Liar

Ketua Panitia PRJ Monas, M Haris Pindratno mengakui banyaknya kekurangan dalam penyelenggaran PRJ Monas yang dibuka pada Selasa (10/6) kemarin. Persiapan kegiatan yang sangat singkat membuat pelaksanaan terlihat tidak optimal. Salah satunya yakni banyaknya PKL liar yang memaksa masuk ke kawasan Monas sehingga bercampur dengan pedagang resmi yang telah diseleksi panitia sebelumnya.
Dikatakan Haris, pedagang resmi yang menjadi berjualan di PRJ Monas berada di dalam tenda warna putih yang telah disediakan. Jumlahnya mencapai 2.780 pedagang. Sementara PKL yang menggelar daganggannya di taman dan tempat pejalanan kaki adalah yang tidak resmi. "Saya tidak tahu mereka izinnya ke mana?," ujar Haris, Rabu (11/6).

Melihat hal tersebut, pihaknya langsung berkoordinasi dengan Satpol PP, Polda Metro Jaya dan Dinas Perhubungan (Dishub) DKI. "Kami masih terus evaluasi. Semoga sampai selesai berjalan tertib," katanya.
Pantauan beritajakarta.com, PKL tidak resmi menjajakan barang dagangannya di atas taman maupun akses pejalan kaki. Sehingga pengunjung kesulitan saat berjalan menuju acara digelar.
Selain banyaknya PKL tidak resmi, parkir liar juga menjadi catatan dalam pelaksanaan perdana ini. Sebab lahan parkir di lapangan IRTI Monas tidak mampu menampung banyaknya kendaraan yang terus berdatangan. Tidak sedikit mobil, bus pariwisata dan sepeda motor justru memarkirkan kendaraannya di luar pagar sehingga memakai bahu jalan dan jalur bus Transjakarta.
Seperti diketahui, ajang PRJ Monas ini merupakan, cara Pemprov DKI Jakarta untuk memberikan hiburan kepada rakyatnya secara gratis dan murah. Warga yang datang tidak dipungut biaya masuk.

sumber: berita jakarta