Minggu, 23 Februari 2014

Jakarta Waspada Banjir Kiriman


Intensitas hujan yang tinggi mengguyur wilayah DKI Jakarta, Bogor dan Depok, Jawa Barat, sejak semalam menyebabkan meningkatnya permukaan air di Kali Ciliwung. Warga di kawasan itu seperti di Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur, diminta waspada karena banjir kiriman yang lebih besar diprediksi akan datang pada pukul 20.00 atau 21.00.

Kasie Operasi Sudin Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Damkar dan PB) Jakarta Timur, Mulyanto mengatakan, hasil pantauan dan koordinasi dengan instansi terkait, saat ini ada kecenderungan peningkatan permukaan air di Kali Ciliwung. Pada pukul 15.00, permukaan di Pintu Air Katulampa, Bogor mencapai 100 sentimeter dengan cuaca hujan atau siaga 3. Normalnya pintu air di tempat tersebut hanya 80 sentimeter.

Di Pintu Air Depok, ketinggian permukaan air mencapai 260 sentimeter atau siaga 3, dengan ketinggian normal 200 sentimeter. Sedangkan di Pintu Air Manggarai, Jakarta Selatan, saat ini ketinggian 720 sentimeter dengan cuaca hujan atau masih dalam level normal.

"Namun diperkirakan pada pukul 20.00 atau 21.00 kemungkinan Jakarta akan mendapatkan banjir kiriman. Makanya kami saat ini sedang persiapan untuk proses evakuasi, jika terjadi banjir besar lagi," ujar Mulyanto, Sabtu (22/2).

Pihaknya, kata Mulyanto, akan terus melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait. Seperti Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Pusdalops dan penjaga Pintu Air Depok maupun Katulampa. Setiap perkembangan akan langsung disampaikan pada warga di bantaran Ciliwung, baik secara langsung maupun melalui aparat kelurahan terkait.

Jika memungkinkan harus dilakukan evakuasi, pihaknya akan menerjunkan 150 anggota untuk disiagakan di titik banjir, yang ada di bantaran Ciliwung. Namun untuk tahap awal, pihaknya akan mengerahkan 30 anggota yang dibekali dengan empat perahu karet.

Pihaknya juga mengimbau kepada warga bantaran Kali Ciliwung untuk waspada menghadapi banjir kiriman. Warga juga diminta untuk mengemas barang-barang berharganya. Yang lebih utama, warga harus mengungsi sebelum banjir datang.

Pantauan di Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur, permukaan air kali Ciliwung sudah mulai naik. Bahkan puluhan rumah warga di RW 03, terutama di bantaran kali mulai digenangi air dengan ketinggian 40-150 sentimeter. Kendati begitu, warga belum ada yang mau mengungsi. Mereka memilih bertahan di lantai dua rumahnya masing-masing.

Ketua RT 03/03 Kampung Pulo, Budi mengatakan, warganya tetap bertahan lantaran ketinggian air masih dianggap normal. Kecuali, jika air sudah masuk ke lantai dua, warga akan mengungsi dengan sendirinya. Ia berharap tidak terjadi air pasang di Laut Jawa. Sehingga kendati ada banjir kiriman, air dapat mengalir hingga ke laut.

"Saat ini warga masih bertahan di lantai 2 rumahnya masing-masing. Kalau banjir satu meter kan masih biasa. Tapi kalau lantai dua sudah tergenang, warga baru mengungsi,"




Sumber:berita jakarta

Jokowi Juga Temukan Alat Sadap Di Balaikota


Selain di rumah dinas yang terletak di Jalan Taman Suropati nomor 7, Menteng, Jakarta Pusat, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo juga menemukan alat sadap di ruang kerjanya di Balaikota, Jalan Medan Merdeka Selatan. Sayangnya, Jokowi tidak menyebutkan secara pasti di mana dan berapa jumlah alat sadap yang ditemukan di Balaikota.

Alat sadap tersebut secara mudah diletakkan di kantor Jokowi, mengingat setiap hari banyak tamu yang ditemuinya. "Oleh sebab itu, saya kemarin minta Lembaga Sandi Negara dan membuat MoU untuk mengamankan dokumen-dokumen di sini (Pemprov DKI) ya karena itu," kata Jokowi, di Balaikota, Jumat (21/2).

Paska ditemukan tiga alat sadap di rumah dinas Jokowi, pengamanan pun diperketat. Setidaknya tiga pengawal ditambah yang ikut dalam kegiatan Jokowi setiap harinya. "Saya sampaikan ke pengamanan, harus hati-hati. Di rumah dinas juga ditambah pengamanan. Kamu lihat ditambah tidak (pengawalnya)," ujarnya.

Diakui Jokowi, dirinya merasa disadap sejak Juni tahun lalu. Kemudian dilakukan pengecekan menggunakan alat detektor dan hasilnya ditemukan tiga alat sadap yakni di kamar tidur, ruang tamu pribadi, dan ruang makan. Jokowi menilai bahwa alat sadap yang ditemukan hanya seharga Rp 1.000 atau Rp 2.000 saja. "Tidak tahu alatnya sudah apa atau tidak. Kalau saya tahu orangnya datang, ya saya gebuk," ujarnya.

Diakui Jokowi, sengaja tidak melaporkan ke polisi karena dalam pembicaraan yang disadap tidak menyangkut masalah krusial. Ia justru mengaku bahwa pembicaraan yang disadap hanya masalah sepele, yakni menu makanan setiap harinya. "Tidak ada isinya yang disadap. Kalau saya merasa dirugikan disitu saya pakai untuk bicara masalah berat, strategis untuk membenahi Jakarta misalnya, tapi kan hanya rapat-rapat biasa saja," ujarnya.

Dirinya pun tidak mau mencurigai lawan politiknya. Namun jika Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang melakukan penyadapan dirinya tidak bisa menolak. Mengingat KPK merupakan instansi yang berwenang dengan hal tersebut. Namun jika pihak asing yang melakukan penyadapan Jokowi tak habis pikir dengan tujuannya.



Sumber:berita jakarta

Harga Tanah untuk Waduk Ciawi Tak Logis. oleh jokowi

Warga yang bermukim di Kecamatan Ciawi, Bogor mematok harga pembebasan lahan hingga Rp 15 juta per meter. Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo pun menilai permintaan tersebut tidak logis. Sebab nilai jual objek pajak (NJOP) di kawasan yang akan dibangun Waduk Ciawi tersebut ditenggarai hanya Rp 300 ribu per meter."Itu tidak logis, kita itu di sana mengacu pada NJOP. Misal harganya Rp 300 ribu inijadi Rp 15 juta gimana?," ujar Jokowi, di Balaikota, Jumat (21/2).Dikatakan Jokowi, jika kenaikan yang diminta oleh warga sekitar 10 sampai 20 persen hal itu masih dianggap wajar. Namun, kenaikan yang diminta cukup fantastis sehingga tidak masuk akal."Logikanya kalau naik 10 persen atau 20 persen masih bisa lah. Tapi saya belum ngecek harganga NJOP yang benar berapa, yang Rp 300 ribu itu baru katanya,"katanya.Diakui Jokowi, lahan tersebut paling cocokuntuk dijadikan waduk. Menginggat sudah ada kajian dari Kementerian Pekerjaan Umum (PU) mengenai kondisi tanah di wilayah tersebut. "Sekarang mau cari waduk yang lokasinya datar tidak bisa. Paling pas hanya di situ. Sudah melalui kajian," katanya.Ia pun berharap agar Bupati Bogor, Rachmat Yasin melakukan pendekatan dengan warganya terkait hal tersebut. "Itu kan bukan urusan saya, itu urusan Pak Bupati Bogor. Tapi kalau harganya segitu mau bayar pakai duit siapa? Nanti lah itu pendekaatan Bupati Bogor ke warganya," ujar Jokowi.Seperti diketahui, untuk mengurangi volume air di Sungai Ciliwung, Pemprov DKI Jakarta bersama dengan Kementerian Pekerjaan Umum akan membangun dua waduk di Kecamatan Ciawi, Bogor. Denganpembuatan waduk, diharapkan bisa mengurangi 4 persen debit air yang akan memasuki kota Jakarta.Rencananya, pembangunan fisik akan dilakukan oleh Kementerian PU, sementarapembebasan lahan akan dilakukan Pemprov DKI.