Pasar Burung Pramuka yang berlokasi
di Jl Pramuka, Kecamatan Matraman, Jakarta Timur, tentu bukanlah tempat yang
asing, terutama bagi penggemar burung Di tempat seluas 5.000 meter persegi ini, penggemar burung biasa
dimanjakan dengan merdunya riuh kicau burung dari sejumlah toko yang
saling bersahutan.
Pasar yang diresmikan tahun 1975 oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali
Sadikin, saat itu memang sudah menjadi surganya pencinta burung. Segala
jenis burung mulai dari yang umum seperti perkutut hingga yang
dilindungi seperti jalak Bali pun ada di sini. Bahkan, tidak hanya
burung lokal, burung impor seperti lock bird paruh bengkok, rosela, gul
amadin princes dan lain-lain juga dengan mudah dijumpai di pasar ini.
Amin (30) salah seorang pedagang di Pasar Burung Pramuka menuturkan,
burung-burung dari luar negeri seperti Taiwan dan Belanda yang sedang
tren sekarang tidaklah sulit ditemui di pasar tersebut.
"Sekarang yang lagi tren lock bird paruh bengkok ini. Sepasang kita hargai sekitar Rp 1,5 juta," ujarnya, Senin (13/5).
Selain lock bird paruh bengkok, kata Amin, untuk burung kelas
menengah yang kini juga sedang tren adalah kenari impor. Kenari-kenari
tersebut, umumnya diimpor dari Belanda, Inggris, Taiwan dan Australia.
"Kenari tetap masih jadi salah satu primadona, karena perawatannya
gampang. Cukup diberi makan serta dijemur setiap pagi dan sore,"
terangnya.
Menurutnya, untuk burung mungil impor tersebut, pedagang biasa
mematok harga antara Rp 500 ribu hingga Rp 800 ribu. Sementara untuk
yang jenis lokal dipatok harga sekitar Rp 300 ribu. Ia menyebut, kenari
lokal ukuran tubuhnya lebih kecil dari kenari impor.
Di Pasar Pramuka ini, selain burung-burung impor kelas menengah, juga
banyak ditemui burung-burung impor yang harganya relatif mahal.
"Seperti yang rosela itu, biasanya disini dipatok harga mulai dari Rp 10
juta hingga Rp 12 juta per ekor. Itu pun tergantung warnanya, semakin
bagus warnanya semakin mahal harganya," katanya.
Selain Rosela yang merupakan impor dari Australia dan Inggris, di
Pasar Burung ini juga ada pedagang yang menjajakan jalak Bali dengan
harga yang cukup mahal. "Kalau untuk burung lokal yang relatif mahal itu
jalak Bali, karena burung langka dan dilindungi. Jualnya beserta
sertifikat. Kalau soal harga tergantung kesepakatan, tapi pasaran
biasanya tidak kurang dari Rp 15 juta," cetusnya.
Pedagang yang sudah lebih dari setahun berdagang di Pasar Pramuka ini
mengaku, seluruh burung impor maupun lokal yang dijual di kiosnya dan
kios-kios lainnya sudah divaksin sehingga para pembeli tidak perlu
khawatir terhadap virus flu burung. "Pokoknya aman, karena sudah pada
divaksin. Langganan kita juga dari berbagai kota, seperti Semarang, Solo
dan kota-kota lain di Jawa," jelas pedagang yang rata-rata setiap bulan
mampu menjual sekitar 10 ekor burung ini.
Selain banyak penjual burung, di Pasar Pramuka juga banyak ditemui
pedagang pakan dan kandang burung. Salah satunya, Tono (30), pedagang
kandang burung yang sudah berjualan sejak 1996. Di pasar itu, Tono
mengaku setiap harinya mampu menjual kandang hingga 20 unit yang ia
datangkan langsung dari Solo, Semarang dan Bandung. "Kalau dari sana
kualitasnya sudah terjamin. Yang membedakan dari tiga kota tersebut,
masing-masing memiliki ciri khas," sebutnya.
Untuk yang dari solo, lanjutnya, memiliki ciri khas, yaitu
materialnya halus dan sudah disemprot dengan pewarna. Sedangkan yang
dari semarang bercirikan ukiran. "Kalau yang dari Bandung itu biasanya
berbentuk bulat. Harganya mulai dari Rp 50 ribu sampai Rp 200 ribu,"
tandasnya.